Content Marketing dalam Bentuk Video di Media Sosial? Why Not!

By Amalia Nur Andini,

14 December 2020

Kalau sampai detik ini Anda belum memasukkan video dalam content marketing strategy perusahaan Anda, bisa jadi Anda missing out. Wait, how so?

Bisa. Karena di tahun 2020 ini video jadi tipe konten yang paling diminati dan memiliki performa yang paling baik dibandingkan dengan tipe konten lainnya. Data dari State of Marketing Report Hubspot 2020 menunjukkan bahwa konten video lebih unggul dibandingkan dengan pesaing kelas berat, seperti email, blog, dan infografis dalam hal pemanfaatan content marketing. Selain itu, para marketer yang menggunakan video melaporkan peningkatan hasil Return of Investment (ROI) yang juga berpengaruh positif terhadap traffic, leads, penjualan, serta pemahaman audiens terhadap informasi yang disajikan. Dari sisi audiens sendiri, video juga menjadi preferred content, khususnya untuk mengisi waktu luang saat masa karantina atau bekerja dari rumah. Menurut Hubspot, kondisi sosial yang serba terbatas ini membuat audiens lebih bergantung pada video untuk menonton how-to, review, ataupun unboxing produk dari brand favorit mereka. Bahkan setengah dari audiens di kelompok usia milenial dan Gen Z mengatakan mereka enggak bisa hidup tanpa menonton video. Dan kepopuleran konten video ini, diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial. Cisco misalnya, memprediksikan bahwa video akan mendominasi 82% konten digital pada tahun 2022.

Sayangnya, meskipun banyak brand di luar sana yang sudah membuktikan keefektifan video dalam digital marketing, rupanya masih tetap ada yang beranggapan kalau konten jenis ini tergolong mahal dan susah dibuat, apakah Anda termasuk di antaranya? Selain itu, mungkin Anda juga berpikir kalau konten video itu cenderung susah di-tracking jika dibandingkan dengan jenis konten lainnya. Jadi, asumsi-asumsi ini sebenarnya fakta atau mitos, sih? Apa benar pembuatan video untuk media sosial mesti serumit itu? Berdasarkan beberapa referensi yang kami temukan, kami pun merangkum tiga alasan yang biasanya membuat para marketer ragu memanfaatkan konten video untuk memasarkan brand mereka. Simak ya!

1. Mahal dan Makan Waktu

Bikin konten video? Duh, pasti lama dan biaya produksinya enggak sedikit. Pemikiran seperti ini sebenarnya understandable sih. Maklum, kita terbiasa nonton film Marvel full CGI yang diproduksi oleh tim videographer profesional Hollywood. Kita juga sudah terlalu sering melihat iklan produk tertentu yang berkolaborasi dengan public figure ternama. Padahal, untuk membuat content marketing dalam bentuk video yang efektif dan relatable di media sosial, Anda enggak melulu harus mengeluarkan biaya dan waktu yang terlalu banyak. Fact: not all video is expensive and difficult to make.

Dengan perkembangan teknologi, sekarang ini Anda cukup bermodalkan smartphone dan videoenabled social media platform untuk membuat video marketing bagi brand Anda. Aplikasi seperti Instagram, Tiktok, atau Snapchat bisa membantu Anda bikin video promosi secara “instan” dan cost-effective. Untuk beberapa jenis konten video bahkan enggak perlu menggunakan jasa video editor ataupun aktor pro. Mengapa? Coba cek hasil survei berikut:

Hasil survei dari Think With Google

Survei di atas menunjukkan bahwa melibatkan aktor atau menggunakan video berkualitas super tidak menjadi alasan utama audiens untuk melihat video. Di sisi lain, Hubspot pun mencatat kalau audiens ternyata lebih mementingkan authenticity dalam menonton video. So, video low-cost tanpa melalui jasa editing profesional justru bisa terlihat lebih autentik dan bisa meningkatkan kepercayaan konsumen pada brand atau produk Anda. Namun tetap, selain autentik, video Anda tentunya juga harus meaningful untuk mendapatkan respons positif dari audiens Anda.

Coba deh Anda lihat video dari laman Tiktok Chipotle. Mexican food chain restaurant asal Amerika ini membuktikan bahwa untuk meningkatkan engagement dan brandawareness, low quality production video justru lebih diminati. Chipotle rutin mengunggah konten seperti resep masakan, life at Chipotle, tips and trick yang hampir semuanya di-shoot oleh pegawai mereka sendiri dengan kamera handphone tanpa melalui heavy-editing. Selain itu, Chipotle juga sangat sering repost video UGC dari pelanggan mereka di Tiktok, yang sukses meningkatkan brand awareness dan engagement mereka. Sejauh ini, hashtag Chipotle di platform ini sudah dilihat lebih dari 750 juta kali.

Chipotle at Tiktok

2. Sulit Menilai Performa Video

Katanya sih, tipe konten video lebih susah di-tracking dibandingkan jenis image post (infografis atau foto), blog post, dan lain sebagainya. Misalnya saja, saat kita menggunakan Youtube, analytics yang didapatkan hanya seputar views, subscribers, dan duration spend tanpa ada analisis mendalam. Fact: You can actually use third party analytics.

Sudah banyak analisis pihak ketiga di luar sana yang mampu memberikan insight lebih mendetail tentang video yang Anda unggah. Beberapa rekomendasi dari Hubspot: Vidyard, Twentythree, dan Wistia bisa jadi pilihan Anda supaya video yang Anda unggah lebih traceable. Anda juga bisa cek 10 rekomendasi lain di blog post ini sebagai referensi video analytics Anda.

Semakin Anda mengenali bagaimana audiens berinteraksi dengan video Anda, Anda pun akan semakin paham, apa yang mesti dihilangkan, dipertahankan, dan ditingkatkan dari konten yang Anda miliki. Data tahun 2019 menunjukan, sekitar 88% dari marketer yang sudah menggunakan video dalam upaya digital marketing, mereka berencana untuk meningkatkan spending video. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh pada meningkatnya penggunaan third party analytics untuk mengukur kesuksesan konten video yang mereka unggah.

3. Video Itu Useless Kalau Enggak Viral

Apa benar video mesti viral supaya mendatangkan keuntungan bagi brand Anda? Not really! Bagus kalau video Anda berhasil viral karena bisa membantu Anda meningkatkan brand awareness di kalangan masyarakat luas, tetapi hal ini seharusnya bukan menjadi standar utama kesuksesan video marketing Anda. Mengutip author marketing Ann Hadley di Forbes, “If it’s not connected to something that’s going to drive action in the consumer, then what’s the point of it?”. Jadi, viral bukanlah segalanya.

Tanpa harus go-viral, konten video Anda tetap bisa mendatangkan berbagai macam keuntungan bagi bisnis Anda. Menurut data dari Vidyard, video dapat meningkatkan CTR pada landing page, menaikkan conversion rate, mendorong sales, dan menambah average time bagi user yang mengunjungi website Anda. Jadi, enggak ada salahnya membuat content marketing dalam bentuk video supaya bisnis dan perusahaan Anda juga lebih diuntungkan.

Oke, setelah membahas ketiga asumsi a.k.a common misconceptions seputar konten video, pastinya sekarang Anda jadi paham, mengapa video tidak sekompleks kelihatannya. Teknologi yang terus berkembang dan dapat diakses oleh semua memang membuat video kini semudah memencet tombol record di smartphone Anda.

Namun, sebagai catatan Anda juga, sekalipun ada survei yang membuktikan bahwa video berkualitas super bukanlah segalanya dan ada pula brand yang menunjukkannya seperti yang sudah kami bahas pada salah satu poin di atas, tetapi bukan berarti Anda boleh membuat video secara asal dan tak berkonsep. Autentik sih, namun siapa juga yang tertarik dengan video pemasaran yang topiknya enggak jelas dan gambarnya “goyang-goyang” atau blur? 

Jika Anda tidak mampu menciptakan video berkualitas alias layak ditonton maka memang ada baiknya Anda memakai jasa profesional. Wah, jadi mahal dong? Tenang, ada banyak aspek dalam pembuatan video, seperti pemilihan talent, lokasi, peralatan yang digunakan, dan lain sebagainya. Anda pun dapat berdiskusi untuk memangkas beberapa hal agar dapat menciptakan video dengan biaya produksi yang lebih terjangkau. Misalnya, untuk talent, Anda bisa mengajak karyawan perusahaan, teman, atau keluarga ketimbang berkolaborasi dengan influencer. Begitu juga dengan lokasi shooting, kalau bisa dilakukan di rumah kerabat atau di kantor perusahaan maka pilihlah tempat-tempat seperti itu untuk menghindari biaya sewa tempat.  

Selain itu, video marketing juga banyak banget macamnya. Menurut in-house video producer kami, Fauzan Harifqi, beberapa jenis video yang biaya produksinya lebih terjangkau, tetapi tetap layak tonton dan menjual adalah motion graphic (animasi) dan stop motion. Video-video jenis ini juga umum dipakai kok oleh berbagai brand di luar sana untuk melakukan beragam promosi. Contohnya seperti ini:

Motion graphic video by Bank Mandri  

 

Stop motion video by Honda

So, are you ready to make the first ever video content for your brand? Enggak ada salahnya lho ngobrol-ngobrol lebih jauh dengan kami seputar content marketing, termasuk marketing video untuk mempromosikan brand Anda di media sosial. Pengalaman membuat konten untuk beberapa brand ternama seperti BNI Life, Frisian Flag, dan Garuda Indonesia menjadikan kami partner yang tepat untuk Anda ajak berdiskusi. So, hit us up!

Related Articles

Content Marketing

Beberapa Ide Menarik untuk Konten Instagram Bisnis Anda

Ningkatin brand presence nggak cukup dengan konten Instagram yang variatif dan informatif aja. Ini ide-ide untuk bikin postingan yang lebih engaging.

Content Marketing

Content Marketing Funnel: Konten yang Tepat untuk Setiap Tahapannya

Marketing funnel dalam dunia pemasaran merupakan sebuah perjalanan pelanggan dari tahap aware terhadap brand hingga memutuskan untuk membeli produknya. Setiap tahapan pada marketing funnel membutuhkan cara promosi yang berbeda-beda, content marketing seperti apa yang cocok untuk setiap tahapannya?

Content Marketing

Content Strategy untuk Meningkatkan Performa Instagram

Di artikel kali ini, kami akan berbagi beragam hal yang insightful terkait content strategy di Instagram demi mendorong peningkatan performa pada akun brand Anda.

Browse Other Categories

We are your teammates.

We're never just another agency, we're your teammates, providing you with everything needed on the pitch of digital marketing.

Servicesarrow_forward

Hi there!

Ready to cook your digital content with us?

Contact Us Now
Whatsappp Sharing