Zoom Fatigue, Kelelahan Habis Ikut Meeting atau Seminar Online

By Panji Muhammad Pradipta,

24 November 2020


Sudah berapa lama Anda menjalani
work from home atau WFH? Kalau saya sih sudah 6 bulan lebih semenjak masa pandemi Covid-19 berlangsung. Enggak cuma WFH bahkan waktu anjuran buat di rumah saja lagi getol-getolnya dikumandangkan, ngumpul bareng teman maupun berkunjung ke rumah saudara juga enggak saya lakukan sama sekali.

Maka dari itu, mulai dari meeting, presentasi, seminar bahkan sekadar ngobrol sama teman, saya lakukan secara online. Lucunya, kirain dengan melakukan itu semua dari rumah dapat membuat hidup saya lebih happy. Pemikiran awalnya sih, saya jadi enggak perlu pindah-pindah tempat atau kena macet di jalan. Tetapi, ternyata meeting online itu enggak seenak itu ya. Malah kadang rasanya lebih lelah, aneh deh.

Nah, Anda pernah mendengar istilah "zoom fatigue"? Saya sendiri sih baru ngeh sama istilah ini setelah punya pengalaman kelelahan abis zoom meeting di sana-sini. Jadi, zoom fatigue ini bisa terjadi jika Anda terlalu banyak mengikuti meeting online dalam satu hari, entah itu via Zoom maupun aplikasi pertemuan virtual lainnya, seperti Google Meet, Skype, atau video call di Slack atau WhatsApp. Sekarang pertanyaannya, mengapa bertemu via online ini bisa begitu melelahkan?

Setelah baca-baca beberapa tulisan dari Cosmopolitan UK dan Harvard Business Review, saya pun dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan persiapan, cara berkomunikasi, dan fokus yang cukup signifikan antara meeting yang dilakukan lewat video call dengan meeting yang dilakukan secara face-to-face. Akibatnya, suka atau tidak, seseorang harus beradaptasi dengan “new normal” yang satu ini. Hilda Burke yang merupakan seorang psychotherapist, konselor untuk para pasangan, sekaligus penulis buku The Phone Addiction Workbook pun mengungkapkan bahwa banyak kliennya yang mengeluh tentang meeting online ini, karena mereka jadi harus menjalani etiket baru dan berkomitmen lebih terhadap pekerjaan mereka.

Hilda juga menambahkan kalau pada dasarnya manusia itu tidak nyaman dengan perubahan drastis. Sekalipun rutinitas itu sering kali membosankan, tetapi pada akhirnya, sepertinya kita bakal lebih memilih buat melakukan hal tersebut. Apa sih rutinitas mingguan kita? Mungkin hanya sebatas rapat di kantor, mengikuti kelas pelatihan/seminar tertentu, menonton live music, berkencan, hingga mengikuti kelas Yoga. Nah, di masa seperti ini, kita terpaksa memindahkan semua kegiatan tersebut ke dalam sebuah panggilan video. Dang, semua ini tentu saja enggak menyenangkan, karena banyak penyesuaian yang harus Anda kerjakan.

Pertama, saat melakukan video call, kita harus berusaha lebih fokus untuk dapat membaca cue atau clue  yang disampaikan secara nonverbal, seperti ekspresi wajah maupun body language, di mana hal tersebut akan lebih mudah dilakukan pada saat bertatap muka secara langsung. Selain harus ekstra fokus, kita juga harus melakukan lebih banyak persiapan, seperti memakai earphones, meminta orang serumah untuk tenang dan tidak mengganggu Anda dulu, dan sebagainya.

Kedua, dengan daya koneksi internet yang berbeda-beda dari setiap partisipan dalam sebuah meeting online, enggak jarang meeting jadi mengalami delay. Akhirnya kita jadi suka tunggu-tungguan atau bahkan mengulang pembahasan. Duh, kebayang enggak sih kalau ini terjadi pada sebuah kelas Yoga? Ngulang gerakan gitu? Hiks. Oh iya, selain akibat koneksi internet yang enggak stabil, mengulang pembahasan juga suka terjadi sesimpel gara-gara kita lupa mengeklik tombol “unmute” waktu giliran berbicara tiba. Ya kesal, tetapi kan salah sendiri. Huhuhu… 

Lalu, apa lagi nih yang bikin meeting online itu melelahkan? Adanya distraksi dari sekitar dan besarnya peluang untuk multitasking. Anda yang punya toddler, seberapa sering mereka mencoba memanjat kursi kerja Anda atau mendengar teriakan nyaring mereka karena rebutan mainan? Padahal lagi dapat giliran bicara atau lagi berusaha fokus membaca isi share screen dari rekan meeting. Kemudian, Anda yang punya tetangga lagi renovasi rumah, suara ketukan palu berpadu dengan teriakan pekerjanya yang meminta semen benar-benar bikin mengelus dada, kan? And what else? You name it. Hasilnya? Kita jadi sulit fokus dan punya kerjaan tambahan, baik itu menenangkan anak maupun bopong-bopong laptop buat pindah ke tempat yang lebih tenang. 

Selanjutnya, soal multitasking. Sering dianggap sebagai kelebihan, padahal sebenarnya mungkin Anda sudah tahu kalau multitasking itu tidak baik. Forbes dan Time juga sudah pernah membahasnya. Dengan multitasking, Anda malah bisa kehilangan fokus, kesulitan dalam menentukan prioritas, menurunkan performa kerja bahkan menurunkan kemampuan kognitif. Akhirnya, Anda bisa mengalami stres dan depresi. Nah, karena meeting zoom tidak bertatap langsung dan Anda pun bisa mematikan fitur kamera, godaan untuk mengerjakan hal lain di saat meeting berlangsung jadi lebih besar. Kira-kira mana yang pernah Anda lakukan? Meeting sambil balas email, meeting sambil bikin report, atau meeting sambil review kerjaan? Kasian banget ya otak kita sering dipaksa fokus ke beberapa hal secara bersamaan, enggak heran kalau setelahnya kita bakal exhausted

So, demikianlah beberapa alasan, mengapa kehidupan virtual ini sering kali bikin kita lebih lelah ketimbang menjalani rutinitas seperti biasanya hingga kita mengalami zoom fatigue. Tetapi, bagaimanapun, kita enggak boleh menyerah dong sama keadaan. Sebenarnya sih aturan sekarang memang sudah lebih longgar, mungkin Anda sudah melihat beberapa teman Anda sudah kembali masuk kantor, lagi sunbathing di Bali, makan ramen di resto, dan sebagainya. Namun tetap, kita belum bisa terbebas sepenuhnya dari pertemuan-pertemuan virtual ini. 

Maka dari itu, untuk menghindari atau setidaknya memperkecil peluang mengalami zoom fatigue ini, saran saya sih mulai dari hal sederhana dan standar dulu, yakni Anda harus cukup istirahat dan jangan lupa makan. Kelihatannya sih memang cuma duduk doang plus pakai earphones, padahal sebenarnya ada banyak energi yang Anda keluarkan dalam mengikuti meeting online. Kalau kurang tidur dan jarang makan, ya Anda mau dapat tenaga dari mana buat menjalani antrean pertemuan virtual hari itu?

Lalu, coba lakukan persiapan sebelum meeting. Bentuk persiapan meeting bisa Anda mulai dengan memahami jadwal meeting selama seminggu: Ada di hari apa saja, berapa lama, topiknya apa, dan siapa saja yang terlibat. Dengan memahami jadwal tersebut, Anda pun bisa mempersiapkan mental, fisik, materi meeting, dan ruang kerja Anda dengan baik. Kalau tiba-tiba muncul berbagai jadwal meeting baru di pertengahan minggu maka Anda wajib menentukan prioritas. Learn to say “no”, jangan maksa buat mengikuti semuanya. 

Nah, saat meeting berjalan, pastikan semua peserta hanya membahas topik yang sudah disepakati. Please hindari pembahasan yang melebar, just keep it simple, ok? Silakan bikin jadwal meeting baru jika ada pembahasan lanjutan atau pergantian topik. Tak lupa, hindari juga kebiasaan multitasking. Coba deh fokus buat meeting dulu. Jika ada keperluan mendesak atau ada hal yang harus segera Anda selesaikan, lebih baik Anda izin dan leave the meeting.

Kemudian, saran terakhir dari saya kalau memang Anda sudah jenuh banget nih sama pertemuan-pertemuan virtual ini maka cobalah beralih ke media lain untuk berkomunikasi. Enggak semuanya harus didiskusikan atau diselesaikan lewat panggilan video. Masih ada email, telepon biasa, dan bermacam fitur chat. Coba manfaatkan jalur-jalur tersebut buat bertukar pikiran, minta bantuan, review kerjaan, memberikan feedback, dan sebagainya.

Oke deh, semoga sekarang Anda lebih memahami soal zoom fatigue dan mampu menanganinya. Semangat!

Related Articles

Opinion

"Silicon Valley" ala Indonesia, Ide Bagus atau Sebaliknya?

Di situasi kayak sekarang, apakah pembangunan Bukit Algoritma ini sebenarnya ide bagus atau hanya egoisme intelektual semata?

Opinion

Tren Donasi Digital ala Milenial

Berdonasi secara online rupanya menjadi suatu tren tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia. Bagaimana dengan Anda? Apa sih keuntungan dan safety tips yang perlu kita perhatikan jika ingin berpartisipasi dalam tren yang satu ini?

Opinion

Cegah Kekeliruan Informasi Vaksin, Google Hadirkan Panel Pencarian Khusus

Menerima berita hoax atau mengalami misinformasi mungkin masih terjadi di keseharian kita sampai hari ini. Makanya, kita harus cermat dalam menelaah sebuah berita. Kabar baiknya, niat kita untuk bisa mendapatkan informasi akurat dan tepercaya terutama terkait vaksin Covid-19 bakal didukung oleh Google melalui inovasi terbarunya. Langsung saja kita bahas bareng, ya.

Browse Other Categories

We are your teammates.

We're never just another agency, we're your teammates, providing you with everything needed on the pitch of digital marketing.

Servicesarrow_forward

Hi there!

Ready to cook your digital content with us?

Contact Us Now
Whatsappp Sharing