Ragam Versi Sejarah Hand Sanitizer, Mana yang Anda Suka?

By Bimo Gadabima,

25 June 2020

Memang bukan barang baru, tapi hand sanitizer langsung naik pamor sejak Covid-19 mewabah hingga ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO pada bulan Maret 2020. Pembelian pembersih tangan berbasis alkohol ini terbukti naik hingga 5585% bahkan harganya sempat meroket tinggi di berbagai e-commerce Indonesia. 

Sebenarnya sejak kapan sih hand sanitizer dipercaya sebagai cairan atau gel pembersih tangan dengan fungsi antiseptik? Siapa pencetusnya? Pertanyaannya mungkin simpel, tetapi untuk menjawabnya ternyata bukan perkara mudah. Soalnya asal usul hand sanitizer memiliki beberapa versi nih. Melansir dari CNBC (28/03/2020), coba kita bahas tiga versi di antaranya, yuk!

Kita mulai dari versi sejarah yang cukup populer, di mana pada tahun 1966 ada seorang mahasiswa jurusan keperawatan di Bakersfield, California bernama Lupe Hernandez. Ia menggabungkan alkohol dan gel untuk digunakan oleh para dokter, karena mereka sering tidak punya waktu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum merawat pasien. Namun, ternyata asal usul ini dipertanyakan validasinya setelah sejarawan dari Smithsonian Institution, Joyce Bedi melakukan sebuah penelusuran (publish on March 23 2020)

Menurut Joyce, jejak penemuan hand sanitizer oleh Lupe Hernandez tidak ada hak patennya. Hasil penelusuran pada tahun 1960-an, ia malah menemukan hak paten dari temuan Lincoln L. Stevenson berupa sebuah alat pembersih tangan atau Rapid Hand Sanitizer yang ditargetkan terutama untuk industri jasa makanan.  

Selain itu, ditemukan pula hak paten untuk Warren W. Nelson. Temuannya memang disebut sebagai “hand sanitizer”, tetapi ternyata bukan dalam bentuk yang kita maksud. Bentuknya lagi-lagi sebuah alat untuk membersihkan tangan, yakni sebuah wadah berbentuk kotak dan kita bisa menyisipkan tangan ke dalamnya. 

Oke, kita masuk versi sejarah hand sanitizer berikutnya. Ada merek Sterillium® yang diklaim  oleh perusahaan asal Jerman, Hartmann sebagai disinfektan untuk tangan berbasis alkohol pertama di dunia yang berhasil dipasarkan sejak tahun 1965. Paduan bahan dari disinfektan tersebut adalah gliserin dan alkohol 75%. 

Tak cuma itu, Hartmann juga menyatakan telah mempublikasikan sekitar 60 artikel di jurnal-jurnal sains sehingga mereka menyatakan bahwa Sterillium® adalah pembersih tangan berbasis alkohol yang paling konsisten melakukan investigasi ilmiah di dunia.

Selanjutnya ada Goldie dan Jerry Lippman, pasutri yang mengembangkan pembersih tangan tanpa air bernama GOJO® pada tahun 1946. Ide tersebut muncul karena mereka ingin memberikan solusi yang lebih baik bagi para pekerja di pabrik karet. Pada waktu itu para pekerja ini biasa menggunakan larutan kimia yang keras seperti benzena dan minyak tanah untuk membersihkan tangan mereka dari grafit dan karbon hitam. 

Untuk menciptakan produk pembersih tangan, Jerry enggak bisa bekerja sendiri. Ia pun mencari bantuan dari ahli kimia dengan mengunjungi Departemen Kimia di Kent State University untuk mengembangkan pembersih tangan yang efektif membersihkan tetapi aman buat kulit. Lalu ia bertemu Profesor Clarence Cook di sana, dan keduanya bekerja sama untuk menemukan pembersih tangan yang efektif. Jerry mengemas GOJO® dalam toples bekas acar yang ia kumpulkan dari berbagai restoran lokal, dan menjualnya sampai ia berinovasi lagi untuk menempatkan GOJO® dalam sebuah wadah yang bikin pemakainya bisa mengambil produk dalam jumlah sedikit atau secukupnya. Yes, wadah-wadah hand sanitizer atau sabun cair masa kini yang kita punya di rumah hak patennya dimiliki oleh Jerry pada tahun 1952. 

Singkat cerita, penjualan GOJO® terus berkembang hingga pada tahun 1988, terciptalah PURELL® yang terdiri dari 70% etil alkohol dan propilen glikol. Nah, PURELL® ini nih yang memang dibuat untuk membersihkan tangan dari kuman, bukan seperti GOJO® yang fokus awalnya membersihkan minyak, karbon hitam, dan sebagainya.

Dari tiga kisah tentang hand sanitizer di atas, jujur kok saya malah tertarik sama hasil penelusuran sejarawan Joyce Bedi, ya. Soal penemuan alat pembersih tangan itu lho, keren banget sih. Ternyata dari saya belum lahir sudah ada toh alat canggih seperti itu. Kalau buat Anda, kisah siapa nih yang paling menarik? Atau jangan-jangan salfok juga kayak saya.

Anyway, yang jelas pada tahun 2009 WHO mulai merekomendasikan penggunaan hand sanitizer sejak ahli epidemiologi dan pakar penyakit menular asal Swiss, Dr. Didier Pittet menulis pedoman baru dari WHO tentang penggunaan pembersih tangan berbasis alkohol bagi para tenaga kesehatan, terutama bagi mereka yang bekerja di negara-negara yang masih kesulitan mendapatkan sumber air bersih. 

Bagaimana kalau sekarang? Penggunaan hand sanitizer tentu saja masih direkomendasikan, apalagi kita semua lagi bersiap untuk menjalani “new normal”. 

"Namun ingat, cuci tangan dengan sabun selama 20 detik tetap menjadi pencegahan penularan penyakit yang paling disarankan.” 

 

Kalau cuci tangan enggak memungkinkan, baru deh Anda pakai hand sanitizer. Caranya kita ikuti arahan dari spesialis pengendalian infeksi dari rumah sakit New York-Presbyterian, Lesley Covington ya. Pertama tuangkan hand sanitizer secukupnya ke telapak tangan, lalu usapkan ke seluruh bagian tangan. Gosok telapak tangan yang satu ke telapak tangan lainnya, juga punggung tangan, ibu jari, sela-sela jari, dan kuku. Setelah itu, biarkan tangan Anda mengering dengan sendirinya. 

Yuk, jaga terus kesehatan kita dengan selalu menjaga kebersihan tangan sebagai salah satu caranya. Oke?

Related Articles

Opinion

"Silicon Valley" ala Indonesia, Ide Bagus atau Sebaliknya?

Di situasi kayak sekarang, apakah pembangunan Bukit Algoritma ini sebenarnya ide bagus atau hanya egoisme intelektual semata?

Opinion

Tren Donasi Digital ala Milenial

Berdonasi secara online rupanya menjadi suatu tren tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia. Bagaimana dengan Anda? Apa sih keuntungan dan safety tips yang perlu kita perhatikan jika ingin berpartisipasi dalam tren yang satu ini?

Opinion

Cegah Kekeliruan Informasi Vaksin, Google Hadirkan Panel Pencarian Khusus

Menerima berita hoax atau mengalami misinformasi mungkin masih terjadi di keseharian kita sampai hari ini. Makanya, kita harus cermat dalam menelaah sebuah berita. Kabar baiknya, niat kita untuk bisa mendapatkan informasi akurat dan tepercaya terutama terkait vaksin Covid-19 bakal didukung oleh Google melalui inovasi terbarunya. Langsung saja kita bahas bareng, ya.

Browse Other Categories

We are your teammates.

We're never just another agency, we're your teammates, providing you with everything needed on the pitch of digital marketing.

Servicesarrow_forward

Hi there!

Ready to cook your digital content with us?

Contact Us Now
Whatsappp Sharing